Green Waqf: Wakaf Sebagai Solusi Perbaikan Alam dan Kemandirian Energi

Oleh wacids, Dibuat tanggal 2021-08-23

Jakarta, Indonesia, 22 Agustus 2021 – Gerakan Green Waqf yang diinisiasi Bapak Muhaimin Iqbal sangat strategis, baik secara lokal, nasional, maupun global. Selain dapat memfasilitasi kolaborasi penggiat wakaf, aktivis lingkungan, dan penggiat Energi Baru dan Terbarukan (EBT), Green Waqf sangat sejalan dengan berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs). Orientasi Green Waqf adalah untuk menjawab permasalahan global hari ini, termasuk isu perubahan iklim dan ketersediaan energi, demikian disampaikan Dr. Lisa Listiana sebagai Koordinator Gerakan Green Waqf.

Gerakan ini telah diresmikan langsung oleh Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) Dr. Irfan Syauqi Beik bersama inisiator Green Waqf Bapak Muhaimin Iqbal dan Koordinator Gerakan Green Waqf Dr. Lisa Listiana. Acara yang disiarkan secara virtual melalui platform Zoom, Youtube, dan Umma Indonesia disemangati oleh hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 dan semangat Tahun Baru Islam untuk memberikan kebermanfaatan bagi umat serta memperbaiki lingkungan dan mencapai kemandirian energi yang ramah melalui EBT. Acara launching yang diselenggarakan oleh Waqf Center for Indonesian Development and Studies (WaCIDS) dan Yayasan Dana Wakaf Indonesia (YDWI) dihadiri oleh undangan dari berbagai institusi, organisasi dan komunitas, seperti Bank Indonesia, KNEKS, IAEI, MES, Mata Garuda, Greeneration, Green Welfare, ThRU, dll. Gerakan ini menggandeng beberapa partner strategis seperti Visi Peradaban Foundation, IQRA’ Alfatih Institute, Sinergi Foundation, dan Badan Wakaf Indonesia. Khusus acara launching terdapat 27 organisasi dan komunitas yang bergabung sebagai partner.

Penanaman 14 juta lahan kritis secara komersial tidak begitu menarik, sehingga dengan menggunakan wakaf bisa menjadi efektif sebab tidak memakai hitung-hitungan komersial. Berbagai hadits menjadi dasar untuk melanjutkan proyek penanaman ini dengan wakaf. Proyek ini memakai tanaman Nyamplung untuk visi renewable energy dari sejarah wali. Fokusnya bagaimana 14 juta hektar ditanami dan menyelamatkan bumi dengan bantuan teknologi. “Menanam dengan dasar mencari ridha Allah dan pahala tidak akan terputus hingga akhir zaman,” kata Bapak Muhaimin Iqbal selaku inisiator Green Waqf.

Anggota Komisioner BWI, Dr. Irfan Syauqi Beik dalam pembuka launching virtual Green Waqf menyampaikan bahwa BWI sangat mendorong munculnya inovasi di bidang wakaf yang bisa mengoptimalkan perwakafan dan pembangunan berkelanjutan nasional. Inovasi terkait Green Waqf bisa membawa prinsip SDGs serta menjaga kekayaan dan kelestarian alam. BWI akan ikut mendorong semaksimal mungkin agar program ini dapat dilaksanakan di Indonesia secara masif.

Dyah Roro Esti, W.P, B.A, M.Sc selaku Anggota DPR RI Komisi VII menyampaikan bahwa payung hukum energi di Indonesia salah satunya dalam UU No 16 tahun 2016 dan NDC mempunyai target untuk mengurangi emisi sebesar 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan kerjasama internasional pada tahun 2030. Pengurangan emisi sebesar 29% terdiri dari 17% sektor kehutanan, 11% sektor energi, dan 1% sektor lainnya. Keterkaitan EBT dan adanya Green Waqf dapat mengurangi ketidakadilan energi dan memberdayakan sumber-sumber lokal untuk investasi besar, termasuk pengembangan EBT dan pembangunan rendah karbon. Dalam Islam, pengembangan EBT berdasarkan SDG 7 dan pelestarian lingkungan berdasarkan SDG 13, adalah amanat Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi sesuai QS Al-Baqarah ayat 30. Menurut beliau, pengembangan EBT dan pelestarian lingkungan cocok sebagai objek pendanaan dengan skema wakaf.

“Hingga saat ini, masih banyak warga di Indonesia belum mendapatkan energi yang cukup. Dengan adanya wakaf, maka kemampuan dalam negeri akan meningkat melalui peningkatan energi bersih. Produsen PLTA dan panel surya dihidupkan dan investasi dana dalam negeri diperbaiki salah satunya dengan pembiayaan wakaf. Harapannya, wakaf bisa memberikan peran besar dalam hal ini.” kata Prof. Mukhtasor, Ph.D selaku ahli di bidang energi.

Bapak Asep Irawan selaku Wakil Ketua Forum Wakaf Produktif membahas mengenai program dan potensi wakaf produktif di sektor strategis untuk sinergi dengan Gerakan Green Waqf. Beliau membahas beberapa dampak akibat kerusakan lingkungan di Indonesia dan dilanjutkan memberikan fungsi khalifah di muka bumi. Salah satunya menjaga lingkungan alam serta keberlangsungan hidup manusia. Berkaitan dengan Green Waqf project beliau menyampaikan dorongan Nabi untuk menanam pohon yang akan menjadi sedekah serta beberapa praktik wakaf untuk konservasi alam dan ketahanan energi yang sudah dilakukan dalam tradisi Islam selama berabad-abad, seperti wakaf hutan dan wakaf kebun.

“Model pembiayaan bauran Islami berupa wakaf bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan iklim secara inklusif dan berkelanjutan. Ketahanan iklim yang targetnya para petani. Dengan wakaf memberikan akses pendanaan untuk para petani. Para petani juga diarahkan untuk melakukan praktik-praktik pertanian ramah lingkungan, sehingga ada proses adaptasi perubahan iklim,” kata Greget Kalla Buana, M.Sc selaku Islamic Finance Specialist dari UNDP Indonesia .

Dengan begitu, gerakan Green Waqf merupakan agenda bersama. Bukan hanya milik lembaga, tetapi membutuhkan semangat dan dukungan dari berbagai pihak dan masyarakat Indonesia. Saling mendukung agar kemandirian energi dapat tercapai dan ramah terhadap lingkungan, serta tidak menyebabkan kerusakan bagi bumi kita. Sinergi secara efektif dapat terbentuk dari adanya forum koordinasi yang secara aktif memberikan solusi dan kebijakan bagi negeri Indonesia.

 

Oleh: Salwa Athaya Syamila dan dan Lu’liyatul Mutmainah, S.E, M.Si

Editor: Dr. Lisa Listiana

Categories: Berita

Tags: EBTEnergi Baru dan TerbarukangreenwaqfkolaborasiumatWaCIDSwakaf